Responsive Banner design

Ciri-Ciri Novel angkatan 20an Dan Contoh

Ciri-cirinya:
a. Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
b. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
c. Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
d. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
e. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
f. Bahasa terkesan kaku dan statis
g. Bahasanya sangat santun
h. Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera

Sinopsis beberapa novel Angkatan 20/30-an:
@ Novel Salah Asuhan
@ Novel Layar Terkembang
@ Novel Dian yang Tak Kunjung Padam
@ Novel Sitti Nurbaya
@ Novel Azab dan Sengsara



SINOPSIS NOVEL | "SALAH ASUHAN" karya Abdul Muis---



Novel karya Abdul Muis ini merupakan salah satu roman yg lahir di masa Angkatan '20-an, banyak mendapat perhatian kalangan sastrawan, dan berlatar belakang adat-istiadat Minangkabau. Pertama kali terbit tahun 1928 oleh PN. Balai Pustaka.

Hanafi dikirim ibunya ke Betawi untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School). Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkan anaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Masalah biaya, dia berusaha keras untuk selalu memenuhinya walaupun harus meminta bantuan kepada mamaknya, Sutan Batuah.
Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa. Hal ini karena dia bekerja di kantor asisten residen di Solok. Dia sangat bangga menjadi orang Belanda walaupun sebenarnya dia seorang pribumi asli. Gaya hidupnya sangat kebarat-baratan. Bahkan, terkadang melebihi orang barat yang sebenarnya.
Selama bergaul dengan orang-orang Eropa, Hanafi jatuh hati pada salah seorang gadis Eropa bernama Corrie. Corrie adala seorang gadis indo Perancis-Belanda. Hubungan keduanya memang akrab. Mereka suka mengobral berdua. Corrie mau bergaul dengan Hanafi hanya sebatas teman karena mereka sering bertemu. Namun, bagi Hanafi, hubungan pertemanan itu diartikan lain, dia merasa bahwa Corrie pun mencintai dirinya seperti yang ia rasakan. Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya, Corrie menolak secara halus. Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka. Corrie adalah peranakan Eropa, sedangkan Hanafi orang pribumi. Namun, tampaknya Hanafi tidak mengerti penolakan itu.


<p>Your browser does not support iframes.</p> 
 
 
SINOPSIS NOVEL | "LAYAR TERKEMBANG" Karya Sutan T.Alisjahbana---



Layar Terkembang merupakan karya STA (Sutan Takdir Alisjahbana) yg pertama kali diterbitkan oleh PN. Balai Pustaka tahun 1939.

Raden Wiraadmadja memiliki dua orang anak gadis yang sifatnya sangat berbeda, yaitu Tuti dan Maria. Anak pertamanya, Tuti, adalah seorang gadis yang pembawaannya selalu serius sehingga gadis itu cenderung pendiam. Namun, ia sangat berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora sehingga mereka mulai menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Anak keduanya adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang, dan bicaranya ceplas-ceplos. Itulah sebabnya, semua orang yang berada di dekatnya pasti akan menyenangi kehadirannya.

Pada suatu sore, kedua kakak beradik itu berjalan-jalan ke sebuah pasar ikan. Ketika mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium, mereka berkenalan dengan seorang pemuda tampan yang bernama Yusuf. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Ketika pulang, Yusuf mengantarkan kedua gadis itu sampai ke rumah mereka.

Sejak pertemuan pertama, Yusuf selalu membayangkan wajah Maria. Senyum dan tingkah Maria yang periang membuat pemuda itu merasa senang berada di sampingnya.
Takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria dan kakaknya di depan hotel Des Indes. Dengan senang hati, Yusuf mengantar kedua kakak beradik itu berjalan-jalan. Setelah pertemuan tersebut, Yusuf jadi sering berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu kemudian Yusuf dan Maria sepakat menjalin hubungan cinta kasih.

Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya, sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima surat cinta dari Supomo. Namun karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia tolak. Sejak itu, hari-harinya disibukkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku sehingga sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.

Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosis dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan intensif. Maria yang periang dan lincah seperti kehilangan semangat hidupnya. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan setia. Namun penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan napasnya yang terakhir, ia meminta Yusuf untuk menerima kakaknya sebagai penggantinya.
Setelah Maria meninggal dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan kasih. Mereka pun sepakat untuk menikah.
 

Untuk menghindari Hanafi, Corrie pindah ke Betawi. Di Betawi, dia menegaskan kembali kepada Hanafi mengenai hubungan mereka melalui surat. Dia meminta Hanafi untuk melupakan dirinya. Menerima surat tersebut, Hanafi sangat terpukul dan jatuh sakit. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya. Ibunya membujuknya untuk menikahi wanita pribumi pilihan ibunya, Rapiah.
Perkawinan yang tidak didasari perasaan cinta itu membuat keluarga Hanafi-Rapiah tidak pernah tenteram. Hanafi sering menyakiti hati Rapiah, marah-marah, dan memaki-makinya hanya karena persoalan sepele. Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah. Hal itu membuat kagum ibu mertuanya.
Pada suatu hari, Hanafi digigit anjing gila. Dia harus berobat ke Jakarta. Di Jakarta, dia bertemu dengan Corrie, gadis yang selalu dirindukannya. Hanafi berusaha keras untuk memperoleh Corrie. Dia segera mengurus surat-surat untuk memperoleh hak sebagai orang Belanda. Setelah surat-surat tersebut selesai, dia memohon Corrie agar bersedia bertunangan dengannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi, dengan berat hati Corrie menerima permintaan Hanafi. Corrie tahu, bahwa pertunangan itu akan membuat dirinya dijauhi oleh teman-teman Eropanya.
Pesta pertunangan itu dilaksanakan di rumah seorang teman Belanda Corrie. Tuan rumah itu tidak begitu ramah menyambut pertunangan mereka. Dia tidak suka melihat dan bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang. Namun, pertunangan itu tetap dilaksanakan dalam suasana hambar.
Sementara itu, Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya, walaupun mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Walau ditinggalkan suaminya, Rapiah masih tetap tinggal bersama mertuanya. Hal itu atas permintaan ibu Hanafi. Dia menyayangi Rapiah melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Dia kagum atas kesabaran dan kesetiaan Rapiah terhadap anaknya. Padahal perlakuan Hanafi terhadap Rapiah sangat keterlaluan, namun Rapiah selalu memaafkannya.
Sementara itu, rumah tangga Hanafi dan Corrie tidak seperti yang mereka harapkan. Sedikit pun tidak ada ketentraman dan kedamaian yang sebelumnya mereka harapkan. Keluarga mereka dijauhi oleh teman-teman mereka sendiri. Keduanya hidup dalam kondisi yang membingungkan. Bangsa Eropa tidak mengakui mereka. Demikian pula, bangsa Hanafi tidak mengakuinya karena keangkuhan dan kesombongan Hanafi.



SINOPSIS NOVEL | "DIAN YANG TAK KUNJUNG PADAM" karya Sutan Takdir Alisjahbana---
Dian yang Tak Kunjung Padam merupakan karya STA (Sutan Takdir Alisjahbana) yg pertama kali diterbitkan oleh PN. Balai Pustaka pd tahun 1932.
Tokoh:
Yasin, Molek, Raden Mahmud, Cek Siti, Ibu Yasin, Sayid Mustafa.


Suatu hari, Yasin, seorang pemuda yatim yang miskin secara kebetulan bertemu dengan seorang gadis cantik, putri seorang bangsawan Palembang. Pada saat itu, gadis cantik yang bernama Molek itu, sedang bersantai-santai di serambi rumahnya yang mewah di dekat sungai. Rupanya si cantik itu jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Yasin. Demikian pula halnya dengan Yasin. Namun, hubungan cinta mereka tidak mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status sosial yang mencolok antara keduanya.

Baik Yasin maupun Molek sama-sama menyadari akan kenyataan itu, namun cinta kasih mereka yang selalu bergejolak itu mengabaikan kenyataan itu. Itulah sebabnya cinta mereka dilangsungkan melalui surat. Semua kerinduan mereka tumbuh dalam kertas.

Pada suatu hari Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan cinta mereka yang selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Dia hendak melamar Molek secara terang-terangan. Kemuadian pemuda itu memberitahukan niatnya kepada ibunya dan seluruh kerabatnya. Keluarga Yasin pun berembuk dan dengan segala kesederhanaannya, mereka melamar Molek. Namun, maksud kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan menghina dan menyindir keluarga Yasin sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang rasa malu dan kesal.



<p>Your browser does not support iframes.</p>

Tak lama kemudian keluarga Molek didatangi oleh Sayid, seorang saudagar tua keturunan Arab yang kaya raya. Lelaki tua itu bermaksud untuk melamar Molek. Orangtua Molek yang materialistis itu langsung memutuskan untuk menerima lamaran Sayid. Sekalipun Molek menolak lamaran itu, perkawinan antara keduanya pun tetap berlangsung. Kehidupan perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Molek karena ia tidak mencintai Sayid. Ia pun mengetahui kalau tujuan Sayid menikahinya hanyalah karena harta ayahnya saja. Selain itu, perlakuan Sayid terhadapnya pun sangat kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan, kesedihan, dan kerinduannya terhadap Yasin melalui surat-suratnya.
Ketika mengetahui pujaan hatinya hidup menderita dan juga karena kerinduannya yang semakin mendalam terhadap kekasihnya itu, Yasin mencoba menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang pedagang nanas. Namun pertemuan itu ternyata merupakan pertemuan terakhir mereka karena Molek yang sangat memendam kerinduan kepada Yasin itu akhirnya meninggal dunia.

Setelah kematian kekasihnya, Yasin kembali ke desanya. Tak lama kemudian, ibunya pun meninggal dunia. Semua musibah yang menimpanya membuat lelaki itu memilih hidup menyepi di lereng gunung Semeru dan ia pun meninggal di gunung itu.






SINOPSIS NOVEL | "SITTI NURBAYA" karya Marah Rusli---

Sitti Nurbaya karya Marrah Rusli pertama kali terbit pada tahun 1922 oleh PN. Balai Pustaka.

Ibunya meninggal saat Sitti Nurbaya masih kanak-kanak, maka boleh dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta, dia hanya hidup bersama seorang saudagar kaya di Padang bernama Baginda Sulaiman. Bersebelahan dengan rumah Baginda Sulaiman, tinggal pula seorang penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk di sekitarnya itu, yang bernama Sutan Mahmud Syah. Ia mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku baik.

Sebagaimana umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta. Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.

Sementara itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar dan menghancurkan bangunan, toko-toko, kebun, dan semua harta kekayaan Baginda Sulaiman.

Akal busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin. Namun, sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.

Bagi Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan, Datuk Meringgih pun datang menagih janji.

Malang bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.

Baginda Sulaiman tentu saja tidak mau putri tunggalnya menjadi korban lelaki hidung belang itu walaupun sebenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja digiring polisi dan siap menjalani hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan menceburkan Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.

Samsulbahri, mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya, juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia lupakan. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan liburan, ia pulang ke Padang. Ketika itu ayah Sitti Nurbaya sedang sakit keras. Syamsulbahri menyempatkan diri menengok Baginda Sulaiman. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Datuk Meringgih yang culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang merasa tidak melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu. Namun Datuk meringgih malah melontarkan kata-kata kotor yg sangat menyinggung perasaan. Aamarah Saymsulbahri tak tertahankan lagi. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan. Sitti Nurbaya berteriak-teriak agar mereka menghentikan perkelahian. Teriakan Sitti Nurbaya terdengar oleh Baginda Sulaiman yg sedang berbaring di tempat tidur dan berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh tersungkur dari tangga dan menghembuskan nafasnya yg penghabisan.

Ternyata ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa malu atas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri. Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah seorang familinya yang bernama Aminah.

Sekali waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang. Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan. Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya meninggal karena keracunan.

Rupanya, berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.

Berita kematian Sitti Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa amat berduka, dan mencoba bunuh diri. Tetapi berkali-kali gagal. Ketika gantung diri di palang kayu di rumahnya, ternyata patah. Mencebur di sungai, eh ternyata sungainya dangkal. Di samping itu, lain lagi berita yang sampai ke Padang. Di kota ini, Samsulbahri malah dikabarkan telah meninggal dunia.

Karena niatnya untuk bunuh diri selalu gagal, ia pun mendaftar menjadi serdadu kompeni, dengan niat supaya mati di medan perang dan didorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang dicintainya telah meninggal. Sepuluh tahun berlalu, ia sudah menyandang pangkat letnan yang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Suatu hari, ia mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi di Padang. Ia pun bimbang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.

Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.

Rupanya, kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat di rumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu. Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia adalah Samsulbahri, ia menghembuskan napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan harinya.




SINOPSIS NOVEL | "AZAB DAN SENGSARA" karya Merari Siregar---


Azab dan Sengasara karya Merari Siregar ini merupakn salah satu roman karya sastrawan Angkatan '20 atau Angkatan Balai Pustaka dan merupakan roman yg pertama kali diterbitkan pd tahun 1920.


Di kota Siporok, hidup seorang bangsawan kaya raya yg memiliki seorang anak laki-laki dan seorang perempuan (yg perempuan tdk dijelaskan lbh lanjut oleh pengarangnya). Anaknya yg laki2 bernama Sutan Baringin. Dia sangat dimanja oleh ibunya. Segala kehendaknya selalu dituruti dan segala kesalahannya pun selalu dibela ibunya. Akibatnya, setelah dewasa, Baringin tumbuh menjadi seorang pemuda yg angkuh, berperangai jelek, serta suka berfoya-foya.

Oleh kedua orangtuanya, Sutan Baringin dinikahkan dengan Nuria, seorang perempuan baik-baik pilihan ibunya. Walaupun telah berkeluarga, Sutan Baringin masih tetap suka berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orangtuanya. Dia berjudi dg Marah Said, seorang prokol bambu sahabat karibnya. Sewaktu ayahnya meninggal, sifat Sutan Baringin semakin menjadi, maskin suka berfoya-foya menghabiskan harta warisan orangtuanya. Akhirnya, dia bangkrut dan utangnya sangat banyak.

Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak. Yang satu perempuan bernama Mariamin, sedangkan yg satunya lagi laki-laki (yg laki2 tidak diceritakan pengarang). Akibat tingkah laku ayahnya, Mariamin selalu dihina oleh warga kampungnya akibat kemiskinan orangtuanya. Cinta kasih perempuan yg berbudi luhur ini dengan pemuda bernama Aminuddin terhalang oleh dinding kemiskinan orangtuanya.

Aminuddin adalah anak Bagianda Diatas, yaitu seorang bangsawan kaya-raya yg sangat disegani di daerah Siporok. Sebenarnya Baginda Diatas masih mempunyai hubungan sepupu dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin. Ayah Baginda keduanya adalah kakak beradik.

Sejak kecil, Aminuddin bersahabat dg Mariamin. Setelah keduanya beranjak dewasa, mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Dia berjanji untuk melamar Mariamin bila dia telah mendapatkan pekerjaan. Keadaan Mariamin yg miskin tidak menjadi masalah bagi Aminuddin.

Aminuddin memberitahukan niatnya utk menikahi Mariamin kepada kedua orangtuanya. Ibunya tidak merasa keberatan dengan niat tersebut. Dia benar2 mengenal pula keluarganya. Keluarga Mariamin masih keluarga mereka juga sebab ayah Baginda Diatas, suami ibu Aminuddin, dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin, adalah kakak beradik. Selain itu, dia juga merasa iba terhadap keluarga Mariamin yg miskin. Bila menikah dg anaknya, dia mengharapkan agar keadaan ekonomi Mariamin bisa terangkat lagi.

Ayah Aminuddin, Baginda Diatas, tidak setuju dg niat anaknya menikahi Mariamin. Jika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin. Namun, ketidaksetujuannya tsb tidak diperlihatkan kepada istri dan anaknya.



<p>Your browser does not support iframes.</p>

Dengan cara halus, Baginda Diatas berusaha menggagalkan pernikahan anaknya. Salah satu usahanya adalah mengajak istrinya menemui seorang peramal. Sebelumnya dia telah menitipkan pesan kepada peramal agar memberikan jawaban yg merugikan pihak Mariamin. Jelasnya, sang peramal memberikan jawaban bahwa Aminuddin tidak akan beruntung jika menikah dg Mariamin.

Setelah mendengar jawaban dr peramal tersebut, ibu Aminuddin tdk bs berbuat banyak. Dg terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya utk menvarikan jodoh yg sesuai utk Aminuddin. Mereka langsung melamar seorang perempuan dari keluarga berada. Oleh karena Aminuddin sedang berada di Medan, mencari pekerjaan, Baginda Diatas mengirim telegram yg isinya meminta Aminuddin menjemput calon istri dan keluarganya di stasiun kereta api Medan.

Menerima telegram tsb, Aminuddin mersasa sangat gembira. Dlm hatinya telah terbayang wajah Mariamin. Ia mengira bahwa calon istri yg akan dia jemput adalah Mariamin. Namun setelah mengetahui bahwa calon istrinya itu bukanlah Mariamin, hatinya menjadi hancur. Tapi sebagai anak yg berbakti terhadap orangtuanya, dengan terpaksa ia menikahi perempuan pilihan orangtuanya itu. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin.

Mendengar berita itu, Mariamin sangat sedih dan menderita. Dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, dia pun jatuh sakit. Stahun setelah kejadian itu, Mariamindan ibunya terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang kerani di Medan. Pada waktu itu, Kasibun mengaku belum mempunyai istri. Mariamin pun akhirnya diboyong ke Medan.

Sesampainya di Medan, terbuktilah siapa sebenarnya Kasibun. Dia hanyalah seorang lelaki hidung belang. Sebelum menikah dg Mariamin, dia telah mempunyai istri, yg dia ceraikan karena hendak menikah dg Mariamin. Hati Mariamin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Namun, sebagai istri yg taat beragama, walaupun dia membenci dan tidak mencintai suaminya, dia tetap berbakti kepada suaminya.

Perlakuan kasar Kasibun terhadap Mariamin semakin menjadi setelah Aminuddin mengunjungi rumah mereka. Dia sangat cemburu pada Aminuddin. Menurutnya, penyambutan istrinya terhadap Aminuddin sangat di luar batas. Padahal, Mariamin menyambut Aminuddin dg cara yg wajar. Namun, karena cemburunya yg sangat berlebihan, Kasibun menganggap Mariamin telah memperlakukan Aminuddin secara berlebih-lebihan. Akibatnya, dia terus-menerus menyiksa Mariamin. (Mencintai kok menyiksa, ya?)

Perlakuan Kasibun yg kasar kepadanya, membuat Mariamin hilang kesabaran. Dia tidak tahan lagi hidup menderita serta disiksa setiap hari. Akhirnya, dia melaporkan perbuatan suaminya kepada kepolisian Medan. Dia langsung meminta cerai. Permintaan cerainya dikabulkan oleh pengadilan agama di Padang.

Setelah resmi bercerai dg Kasibun, dia kembali ke kampung halamnannya dengan penuh kehancuran. Hancurlah jiwa dan raganya. Kesengsaraan dan penderitaan secara batin maupun fisiknya terus mendera dirinya dari kecil hingga dia meninggal dunia. Sungguh tragis nasibnya.

Sinopsis Novel - Novel 20-30an

Halo sobat Dr.Info , kali ini mimin kece mengupdate sinopsis novel angkatan 20-30an , Silahkan pilih-pilih ^^ , hehe >

Novel angkatan 20-30an atau disebut juga Novel Angkatan Balai Pustaka menjadi salah satu materi yang dibahas di kelas 9 semester 2 (kalo gak salah sih..).
langsung aja aku share beberapa sinopsisnya ya...


1.  Anak dan Kemenakan

Judul Novel : Anak dan Kemenakan
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : Cetakan Pertama Tahun 1956
Tebal Buku : 332 Halaman


Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan. Selain hubungan persahabtan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga terjalin hubungan antara kekasih. Mr. Muhammad Yatim mencintai Puti Bidasari, yang merupakan adik angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan istrinya Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin hubungan dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di Padang yaitu Baginda Mais dan istinya Upik Bunngsu.
Sutan Alamsyah Hopjaksa sangat bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri Belanda yang sudah menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr. Yatim yang mendapat gelar tersebut.
Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. yatim dengan keponakannya Puti Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari dan Sutan Baheram, tapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr. Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan Alamsyah bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.
Adat tetap adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang bangsawan lagi. Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi Sutan Malik, kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung ayam.
Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda Mais yang merasa diuntungkan dengan pernikahan Puti Bidasari dan Sutan Malik, karena kesempatan untuk menikahkan putrinya Sitti Nurmala dengan Mr. Yatim terbuka lebar.
Akankah Mr. Yatim menikah dengan Bidasari ataukah akan bersanding dengan Sitti Nurmala sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat karibnya dari kecil. 



2.  Azab dan Sengsara
 
Judul Novel : Azab dan Sengsara
Penulis :  Merari Siregar

Di kota Siporok, hidup seorang bangsawan kaya raya yg memiliki seorang anak laki-laki dan seorang perempuan .  Anaknya yg laki2 bernama Sutan Baringin. Dia sangat dimanja oleh ibunya. Segala kehendaknya selalu dituruti dan segala kesalahannya pun selalu dibela ibunya. Akibatnya, setelah dewasa, Baringin tumbuh menjadi seorang pemuda yg angkuh, berperangai jelek, serta suka berfoya-foya.

Oleh kedua orangtuanya, Sutan Baringin dinikahkan dengan Nuria, seorang perempuan baik-baik pilihan ibunya. Walaupun telah berkeluarga, Sutan Baringin masih tetap suka berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orangtuanya. Dia berjudi dg Marah Said, seorang prokol bambu sahabat karibnya. Sewaktu ayahnya meninggal, sifat Sutan Baringin semakin menjadi, maskin suka berfoya-foya menghabiskan harta warisan orangtuanya. Akhirnya, dia bangkrut dan utangnya sangat banyak.

Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak. Yang satu perempuan bernama Mariamin, sedangkan yg satunya lagi laki-laki (yg laki2 tidak diceritakan pengarang). Akibat tingkah laku ayahnya, Mariamin selalu dihina oleh warga kampungnya akibat kemiskinan orangtuanya. Cinta kasih perempuan yg berbudi luhur ini dengan pemuda bernama Aminuddin terhalang oleh dinding kemiskinan orangtuanya.

Aminuddin adalah anak Bagianda Diatas, yaitu seorang bangsawan kaya-raya yg sangat disegani di daerah Siporok. Sebenarnya Baginda Diatas masih mempunyai hubungan sepupu dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin. Ayah Baginda keduanya adalah kakak beradik.

Sejak kecil, Aminuddin bersahabat dg Mariamin. Setelah keduanya beranjak dewasa, mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Dia berjanji untuk melamar Mariamin bila dia telah mendapatkan pekerjaan. Keadaan Mariamin yg miskin tidak menjadi masalah bagi Aminuddin.

Aminuddin memberitahukan niatnya utk menikahi Mariamin kepada kedua orangtuanya. Ibunya tidak merasa keberatan dengan niat tersebut. Dia benar2 mengenal pula keluarganya. Keluarga Mariamin masih keluarga mereka juga sebab ayah Baginda Diatas, suami ibu Aminuddin, dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin, adalah kakak beradik. Selain itu, dia juga merasa iba terhadap keluarga Mariamin yg miskin. Bila menikah dg anaknya, dia mengharapkan agar keadaan ekonomi Mariamin bisa terangkat lagi.

Ayah Aminuddin, Baginda Diatas, tidak setuju dg niat anaknya menikahi Mariamin. Jika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin. Namun, ketidaksetujuannya tsb tidak diperlihatkan kepada istri dan anaknya.
Dengan cara halus, Baginda Diatas berusaha menggagalkan pernikahan anaknya. Salah satu usahanya adalah mengajak istrinya menemui seorang peramal. Sebelumnya dia telah menitipkan pesan kepada peramal agar memberikan jawaban yg merugikan pihak Mariamin. Jelasnya, sang peramal memberikan jawaban bahwa Aminuddin tidak akan beruntung jika menikah dg Mariamin.

Setelah mendengar jawaban dr peramal tersebut, ibu Aminuddin tdk bs berbuat banyak. Dg terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya utk menvarikan jodoh yg sesuai utk Aminuddin. Mereka langsung melamar seorang perempuan dari keluarga berada. Oleh karena Aminuddin sedang berada di Medan, mencari pekerjaan, Baginda Diatas mengirim telegram yg isinya meminta Aminuddin menjemput calon istri dan keluarganya di stasiun kereta api Medan.

Menerima telegram tsb, Aminuddin mersasa sangat gembira. Dlm hatinya telah terbayang wajah Mariamin. Ia mengira bahwa calon istri yg akan dia jemput adalah Mariamin. Namun setelah mengetahui bahwa calon istrinya itu bukanlah Mariamin, hatinya menjadi hancur. Tapi sebagai anak yg berbakti terhadap orangtuanya, dengan terpaksa ia menikahi perempuan pilihan orangtuanya itu. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin.

Mendengar berita itu, Mariamin sangat sedih dan menderita. Dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, dia pun jatuh sakit. Stahun setelah kejadian itu, Mariamindan ibunya terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang kerani di Medan. Pada waktu itu, Kasibun mengaku belum mempunyai istri. Mariamin pun akhirnya diboyong ke Medan.

Sesampainya di Medan, terbuktilah siapa sebenarnya Kasibun. Dia hanyalah seorang lelaki hidung belang. Sebelum menikah dg Mariamin, dia telah mempunyai istri, yg dia ceraikan karena hendak menikah dg Mariamin. Hati Mariamin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Namun, sebagai istri yg taat beragama, walaupun dia membenci dan tidak mencintai suaminya, dia tetap berbakti kepada suaminya.

Perlakuan kasar Kasibun terhadap Mariamin semakin menjadi setelah Aminuddin mengunjungi rumah mereka. Dia sangat cemburu pada Aminuddin. Menurutnya, penyambutan istrinya terhadap Aminuddin sangat di luar batas. Padahal, Mariamin menyambut Aminuddin dg cara yg wajar. Namun, karena cemburunya yg sangat berlebihan, Kasibun menganggap Mariamin telah memperlakukan Aminuddin secara berlebih-lebihan. Akibatnya, dia terus-menerus menyiksa Mariamin.Perlakuan Kasibun yg kasar kepadanya, membuat Mariamin hilang kesabaran. Dia tidak tahan lagi hidup menderita serta disiksa setiap hari. Akhirnya, dia melaporkan perbuatan suaminya kepada kepolisian Medan. Dia langsung meminta cerai. Permintaan cerainya dikabulkan oleh pengadilan agama di Padang.

Setelah resmi bercerai dg Kasibun, dia kembali ke kampung halamnannya dengan penuh kehancuran. Hancurlah jiwa dan raganya. Kesengsaraan dan penderitaan secara batin maupun fisiknya terus mendera dirinya dari kecil hingga dia meninggal dunia. Sungguh tragis nasibnya.


3.  Katak Hendak jadi Lembu

Judul : Katak Hendak Jadi Lembu
Pengarang : N. St. Iskandar
Terbitan : 1935
Halaman : 176 halaman
Cetakan : Kesebelas, 1995


Suria adalah seorang Manteri Kabupaten yang sangat angkuh. Ia sangat sombong dan gila hormat. Istirinya, Zubaidah sudah tak tahan tinggal dengan suaminya itu. Suria senang berfoya-foya. Itu pun dari uang Ayahnya Zubaidah, Hj. Hasbulah. Sebenarnya, Hj.Hasbulah ingin menikahkan anaknya itu kepada Raden Prawira, anak jaksa kepala. Tetapi, tiba-tiba Hj. Zakaria, ayah Suria memohon untuk menikahkan anaknya dengan anak Hj. Hasbulah. Karena Hj. Zakaria adalah sahabatnya, ia tak ingin membuat sahabatnya putus harapan, lalu ia kabulkan permintaan Hj. Zakaria. Zubaidah dulu, hanyalah gadis penurut. Ia menurut untuk di nikahkan oleh Suria.
Tetapi, pernikahan itu tidak membawakan kebahagiaan untuk Zubaidah. Setelah menikah, mereka di karuniai anak laki-laki bernama Abdulhalim, tetapi Suria meninggalkannya begitu saja. Ia meninggalakan mereka berdua selama 3 tahun. Setelah 3 tahun lamanya itu, Suria kembali kepada Zubaidah, hanya untuk meminta hartanya Hj. Hasbulah. Hingga kini, kehidupan rumah tangga Suria dan Zubaidah selalu di bantu oleh ayah Zubaidah. Walaupun Suria sudah berpenghasilan, dan menjabat Manteri Kabupaten.
Kini Suria sudah di karuniai 3 anak. Tetapi, ia sama sekali tidak punya perhatian kepada keluarganya tersebut. Gajinya saja di pakai untuk hal yang tidak perlu. Urusan rumah tangganya pun di serahkan kepada Zubaidah. Suria hanya mengandalkan uang kiriman mertuanya. Zubaidah malu dengan hal itu, dan mulai berhemat dengan hanya mempergunakan gaji suaminya itu. Tetapi, Suria tidak peduli dengan perbuatan istrinya, ia tetap berfoya-foya.
Di kantornya, ia pun angkuh dan sombong. Ia senang memerintah para pesuruh dengan seenaknya. Semua orang menghormati dia. Patih, Raden Atmadi Nata pun tau akan hal ini. Walaupun ia tau akan hal ini, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya, karena Suria bekerja dengan baik. Di kantornya, Suria tidak pernah suka dengan anak emasnya patih, yang magang menjadi juru tulis. Raden Muhamad Kosim. Ia sering berlaku tidak sepatutnya kepada Kosim itu.
Suria pernah di undang oleh Hj.Junaedi ke rumahnya yang besar. Hj.Junaedi menyambutnya penuh sukacita. Tapi, setelah ia tahu bahwa Suria yang gila hormat itu, dan sering menjelekan Kosim. Ia pun menjadi sebal dengan Suria.
Karena Suria senang berfoya-foya. Akhirnya kebutuhan rumah tangga menjadi semakin tidak terpenuhi. Zubaidah telah memperingatkan Suria untuk berlaku, hemat. Tetapi, tetap saja tidak di hiraukannya. Ia mengatakan, bahwa kebutuhan rumah tangga bisa di dapat dari mertuanya, tapi sayang. Mertuanya itu sedang dalam keadaan tak punya uang. Walaupun sudah di paksa, tetap saja ia tak mau, dan akhirnya Suria memilih untuk menjadi Klerk yang gajinya lebih besar.
Ia pun merayakan, jabatannya yang akan berubah dari Manteri Kabupaten, menjadi Klerk. Ia membeli barang yang tidak perlu, karena ia berpikir. Bahwa gaji Klerk nant i akan memenuhi kebutuhannya.
Setelah menunggu beberapa minggu tentang hasil surat yang di berikan Suria untuk mengubah pekerjaannya, ternyata hasilnya adalah nihil. Suria tidak menjadi Klerk, dan yang menjadi Klerk adalah Kosim. Betapa malunya ia saat itu.
Setelah tahu, bahwa ia tak menjadi Klerk. Hutangnya semakin bertumpuk. Karena barang-barang yang tidak di perlukan itu adalah barang kreditan. Para penagih hutang terus menerornya. Akhirnya ia menyerah, dan meminta bantuan kepada sahabat-sahabatnya. Tetapi, tak ada yang mau menolongnya. Akhirnya, ia memakai uang kas pemerintah untuk menutupi hutangnya. Karena hal itu, Suria memberhentikan diri.
Suria memilih tinggal bersama Abdulhalim, yang sudah menjadi amtenar di Bandung. Padahal Zubaidah tidak ingin menyusahkan anak sulungnya itu. Ia lebih baik tinggal bersama orang tuanya di Tasik. Tetapi, keras kepala Suria yang sudah di berhentikan dari jabatannya tetap saja tak mau mengalah. Akhirnya mereka pindah dari Sumedang ke Bandung tanpa meninggalkan hutang sedikit pun.
Walaupun sudah tinggal menumpang, Suria tetap saja bersikap angkuh dan merasa ia berada di rumahnya sendiri. Seenaknya menyuruh orang, dan mendapat uang pula. Itu pun uang anaknya sendiri, yang sudah berumah tangga bersama anak kepala jaksa, Sutilah.
Kelakuan Suria semakin menjadi-jadi, hingga akhirnya istirnya meninggal. Abdulhalim yang tak tahan dengan kelakuan ayahnya itupun, mengusir Suria. Suria pun yang merasa sudah terhina, meninggalkan anaknya itu. Ia merantau ke Jakarta, dan akhirnya ia kembali pulang ke rumah orang tuanya di desa Rajapolah. Disana ia tinggal bersama Mak Iyah, ibunya. Tetapi, setelah beberapa hari ia tinggal. Ia pergi dan tak kembali lagi. Ia pergi entah kemana.


4.  La Hami

 
Judul buku : La Hami
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
La Hami

La Hami merupakan novel angkatan Balai Pustaka, terbit pada tahun 1953 oleh Balai Pustaka, dan dikarang Marah Rusli. Marah Rusli lahir pada tanggal 7 Agustus 1889 di Padang, Sumatra barat dengan nama lengkap Marah Halim bin Sutan Abu Bakar. Buku ini merupakan karya sastra lama yang menceritakan tentang kehidupan di Pulau Sumbawa.
Resensi ini ditulis untuk mendalami budaya Indonesia dari novel-novel karya sastra. dalam buku ini terkisah seorang anak Raja yang diculik dan di buang oleh Juru Bicara Kerajaan yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sang Raja; dengan tujuan jika sang raja tidak memiliki putra mahkota maka kedudukan raja akan di serahkan pada Juru Bicara Raja tersebut.
“Dua puluh empat tahun lalu, yang menjadi datu rangga di Negeri Sumbawa, ialah RAJA Anjong, sedang Garahanya bernama Putri Nakia. Keduanya dipandang dan dimalui, disegani dan disayangi orang seluruh kerajaan Sumbawa, sampai kepada Rajanya Sultan Badrunsyah. Sebabnya bukan saja karena bangsawan tinggi, tetapi juga karena Raja Anjong seorang yang pandai memangku bumi, adil dan bijaksana dalam putusannya, serta mempunyai kepandaian yang dalam.
Datu Kalibela yang bernama Daeng Matita, adalah seorang bangsawan yang berasal dari pulau selayar. Datu Kalibela ini adalah seorang yang loba dan tamak kepada harta dan pangkat serta kekuasaan.
Pada suatu hari, datanglah seorang nelayan yang bernama Genang kepada Raja Anjong, membawa kabar, bawha Ponto Wanike hendak menyerang kota Sumbawa, karena hendak menangkap Raja Anjong. Kabar ini didengar sendiri oleh oleh Genang dari seorang kaum bajak Ponto Wanike, yang dikenalnya benar, tatkala ia memancing ikan di Teluk Saleh.
Beberapa hari sebelum Sumbawa akan diserang, ditinggalkannyalah kota ini dengan Garahanya dan dua orang bujangnya yang sangat setia kepadanya, dengan membawa apa yang sangat perlu saja baginya, dalam perahu kecil. Berangkatlah mereka jam sepuluh malam dengan penerangan cukup dari sinar bintang. Dua hari dua malam mereka berlayar; siang hari memakai layar kecil dan malam hari berdayung, jika tak ada angin turutan. Akhirnya sampailah mereka di panti sanggar ini, di mana mereka telah dua puluh tahun hidup tersekat dari manusia dan masyarakat ramai. Supaya rahasia ini jangan diketahui orang, ditukar merekalah namanya dengan Ompu Keli dan Ina Rinda.” Terang Ompu Keli pada La Hami.
Di sini Ompu Keli terdiam beberapa lamanya, sebagai melintas kembali sekalian peristiwa yang menyedihkan itu, pun Ina Rinda mengenangkan nasibnya yang malang.
“Jika demikian, dewalah Raja Anjong, datu Rangga Sumbawa itu dan dewa, Putri Nakia, Garaha Mangkubumi kerajaan Sumbawa,” kata La Hami kepada Kedua orang tuanya, “Alangkah malangnya dewa Kedua, karena fitnah dan kejahatan Daeng Matita.”
“Belum lama kami ada di sini, pada suatu pagi tatkala aku ke pantai hendak mengail ikan, tiba-tiba terdengar oleh ku suara anak mengeak. Hatiku berdebar, karena suara yang sedemikian, sekali-kali tidak kusangka akan kudengar di sini. Selayang timbul takhyulku, yang menyangka suara itu bukan suara manusia, tetapi suara jin laut, yang hendak memperdayakan daku. Tetapi setelah teringat pula olehku, bahwa takhyul hanya ada dalam pikiran dan perasaan yang samar, kuperiksalah tempat itu dengan seksamanya. Ya, dalam suatu teluk kecil, kelihatan sebuah rakit yang terapung di atas air dan di atasnya ada seorang bayi, yang sedang menangis. Ia terbaring di atas sehelai tikar Jontal yang baik anyamannya dan diselimuti kain sutera bertekad emas, buatan Bima. Tatkala kuangkat bayi ini, nyatalah ia seorang anak laki-laki, yang baik parasnya dan tegap tubuhnya. Dokoh yang tergantung pada lehernya, terbuat dari emas yang sangat halus tempanya. Dokoh, selimut dan tilam ini, yang baik buatannya dan mahal harganya, menimbulkan keyakinan dalam hatiku, bahwa kanak-kanak ini bukan anak sembarang orang, tetapi anak orang baik juga; kalau bukan anak orang yang berpangkat tinggi, mungkin anak Raja-Raja. Lalu kubawa bayi ini kepada Ibumu, yang menerimanya dengan berlinang-linang air matanya, karena kesukaan dan kepiluan. Sekali.” terang Ompu Keli hal ihwal asal La Hami.
“Dan tahukah engkau siapa nama yang kami berikan kepada anak ini?” Tanya Ina Rinda kepada anaknya dengan tersenyum, “La Hami,” lalu dipeluknya anak ini.
-------------------
Di tengah-tengah keramaian dan kesukaan ini, duduklah Putri Nila
Kanti dengan gundah-gulana rupanya, sedang ingatannya tiada di sana.
“Mengapakah Ruma tiada bersiram?” tanya Wila.
“Tak ingin lagi,” sahutnya dengan pendek, lalu termenung pula.
“Sakitkah Ruma?” tanya Wila pula, yang mulai kuatir akan tuannya.
“Sesudah beta melihat wajah muka anak muda tadi, seakan-akan hilanglah sekalian kesukaan dan keinginan hati beta. Siapakah anak muda ini? Di mana tempatnya? Dan mengapa ia ke Dompo ini?” kata Putri Nila Kanti pula kepada dayangnya yang dipercayai dan dikasihinya.
-------------------
Mengapa anak Raja Sanggar ini dengan orang-orangnya tidak dibunuh saja, Kepala? Apa gunanya mereka dipelihara di sini? Banyak kerja mengurusnya dan mereka menghabiskan makanan, sedang rahasia kita diketahuinya. Bukankah lebih baik kalau mereka tadi dibunuh saja di luar,” kata Karaka kepada Manderu.
“Aku hendak mencoba mendapat hasil daripadanya,” jawab Manderu
“Bagaimana jalannya? Dijual sebagai budak ke pulau lain?
“Mungkin. Atau kepada Ponto Wanike, bajak laut yang mudah membawanya ke pulau lain. Tetapi lebih dahulu akan kucoba mendapat uang tebusan dan bapaknya, Sultan Sanggar.”
“He, aturan baru,” sahut Karaka dengan berpikir.
“Dibunuh, takkan mendatang keuntungan, hanya kecapaian. Sedang sesudah kita terima uang tebusan dan ayahnya, masih dapat kita jual dia kepada Ponto Wanike. Dua kali untung, dengan tak rugi.”
“Memang benar,” sahut Karaka. “Tak sampai ke sana pikiranku.”
“Dan ada yang akan lebih menguntungkan lagi dan Lalu Jala ini’
‘Apa itu?” tanya Karaka pula dengan agak heran.
‘‘Putri Nila Kanti.’’
“Hah! Ia pun akan engkau jual?”
‘Mengapa tidak? Harganya akan lebih banyak dani harga Lalu Jala, sebab Ia perempuan cantik.”
‘Tetapi putri ini belum ada dalam tangan kita.’
“Mustahilkah akan mendapatnya?”
“Jangan kaulupakan, ia ada dalam istananya, yang letaknya di tengah-tengah negerinya, dijaga oleh laskarnya.”
“Engkau bukan Karaka, kalau engkau tak dapat mencari akal, untuk mengambilnya dan pangkuan ibunya sekalipun.”
deru.
-------------------
“Ya, aku Nila Kanti, Putri Dompo. Tuan siapa?” kedengaran suara perlahan-lahan dan dalam.
“Patik La Hami dan Sanggar, hendak melepaskan Tuanku.” Suara jeritan yang lekas dapat ditutup, kedengaran di dalam, yang diikuti suara sedu .... Sudah itu barulah ke luar perkataan Putri Nila Kanti, “La Hami, tolong aku!”
“Segera Tuanku. Sabar dan diam!”
Dengan segera Lalu Hami dan Maliki menggagahi pintu penjara mi, sehingga tiada berapa lama kemudian, terbukalah pintu mi, yang dikunci dan luar dan ke!uarlah Putri Nila Kanti.
Di luar, Putri Nila Kanti lalu memeluk Lalu Hami dan dengan air mata yang bercucuran Ia berkata, “Terima kasih Lalu Hami, terima kasih kekasihku,” lalu pingsanlah ia dalam pelukan Lalu Hami.
Sekejap mata Lalu Hami tiada berkata-kata, karena pelukan kekasihnya, yang sangat dicintainya ini dan karena perkataan Putri Nila Kanti yang menamainya “kekasihku,” sehingga tahulah ia bahwa Putri Nila Kanti pun cinta kepadanya. Dengan tiada diinsyafinya kedua belah tangannya memeluk putri Dompo pula, sedang pipinya mendapat pipi Nila Kanti, yang kepalanya tersandar di bahu Lalu Hami.
Berapa lamanya ia di dalam Surga Janah i, tiada diketahuinya, tetapi tiba-tiba didengarnya suara Maliki, “Hamba bermohon mencari Ruma Lalu Jala, Dewa.”
Di situ barulah Ia ingat, bahwa kekasihnya yang ada dalam tangannya, sekali-kali belum terlepas dan bahaya pembegal yang jahat itu. Bahkan ia ada dalam sarang harimau yang ganas, yang pada waktu itu sedang tidur Tetapi apabila Ia bangun kembali, niscaya ia dengan kekasihnya akan masuk ke dalam neraka jahanam. Oleh sebab itu dengan segera Ia menjawab, “Ruma Lalu Jala serahkan kepadaku! Engkau segera membawa Putri Nila Kanti ke luar dan tempat ini dan langsung ke Kempo. Minta pertolongan Jenali Kempo, mengantarkan Putri Nila Kanti ke Dompo dengan pengantar yang kuat’
“Dan Dewa?” tanya Maliki dengan kuatir, “Aku tinggal di sini menolong Ruma Lalu Jala.”“Sendiri saja?”

“Ceritakanlah! Beta ingin mendengarnya,” kata permaisuri.
Kedua bentara ini lalu bercerita, bahwa mereka telah menghadap Toreli Lalu Abdul Hamid, yang kebenaran sedang menilik Raja Anjong, yang mulai sembuh dan lukanya, sedang gahara beliau, Putri Nakia pun
ada pula bersama-sama.
“Setelah patik persembahkan, bahwa patik keduanya diutus oleh Puma Permaisuri Bima, untuk memohonkan beberapa keterangan tentang La Hami yang telah datang ke Bima dahulu dan ayah bunda beliau Ompu Keli dan Ina Rinda, lalu dipastikanlah oleh ketiga Ruma itu, bahwa Toreli Lalu Abdul Hamid, memanglah La Hami, yang telah datang ke Bima ini waktu perayaan sirih puan yang baru lalu. Beliau tiada tenggelam di Selat Sape, tetapi terdampar di Teluk Warorada dan ditolong oleh orang Sondo, lalu kembali ke Sanggar, sedang Ruma Raja Anjong, memanglah Datu Rangga Sumbawa dahulu yang melarikan diri ke Pantai Sanggar, lalu menukar nama beliau di sana dengan Ompu Keli, sedang gahara beliau yang bernama Putri Nakia, memakai nama Ina Rinda.
Toreli Lalu Abdul Hamid bukanlah putra kandung Ruma Raja Anjong, tetapi putra angkat beliau, yang bertemu di pantai taut Sanggar, kira-kira 24 tahun yang lalu, tatkala Ruma itu masih berusia kira-kira sebulan.”
Permaisuri Cahya Amin pucat mukanya mendengar kepastian ini, sedang baginda dan Putri Sari Langkas berdebar-debar jantungnya
sehingga seakan-akan gemetar tubuhnya.
“Adakah konon suatu tanda yang didapat Raja Anjong bersamaan dengan kanak-kanak itu?” tanya permaisuri dengan gemetar suaranya.
“Ada Ruma, patik bawa, yaitu sehelai tilam daun Jontal, buatan Bima yang amat baik anyamannya, sehelai selimut buatan Bima pula, yang amat permai tenunannya dan sebuah Dokoh mas, pun buatan Bima pula, yang amat elok tempaannya.”
“Mana, mana? Segera perlihatkan kepadaku!” kata permaisuri tergesa-gesa dengan suara yang gugup, karena tak sabar.
Kedua utusan mempersembahkan dengan segera ketiga tanda-tanda yang dibawanya kepada permaisuri, yang seakan-akan merebut barang-barang ini dan tangan kedua bentaranya, lalu diperhatikannya beberapa lamanya dan diperiksanya benar-benar.
Setelah itu tiba-tiba menjeritlah ia, “Anakku!” katanya, lalu rebah pingsan, tiada khabarkan dirinya.


5.  Layar Terkembang

Judul Novel : Layar Terkembang
Penulis : S. Takdir Alisjahbana

Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.



***

Sinopsis Novel : Selasih - Kalau Tak Untung

KALAU TAK UNTUNG


oleh : Eka Pawit Martiana
Novel yang berjudul KALAU TAK UNTUNG dikarang oleh Selasih/Sariamin yang berasal dari daerah di Talu, Pasaman, Sumatra barat. Beliau mulai menulis pada umur 16 tahun dengan novel pertamanya berjudul kalau tak untung pada tahun 1933. Walaupun hanya mengecam pendidikan sekolah guru atas atau sekolah sekolah pendidikan guru tapi beliau tidak hanya mengabdikan dirinya dibidang pendidikan melainkan juga dibidang seni peran dan penulis yang membuatnya menjadi terkenal seorang sastrawan wanita pertama di Indonesia.
Dalam karangan-karanganya, baik prosa maupun puisi, ia gemar sekali melukiskan kesedihan batin dan hasrat jiwa yang tak sampai. Kesedihan itu bukanlah akibat dari adat atau kawin paksa melainkan oleh paksaan nasib.
Untuk menjadi seorang penulis dizaman penjajahan belanda sangatlah susah karena selain bentuk karya tulis dibatasi setiap penulisanya juga harus mempertanggung jawabkan dihadapan penjajah. Nama Selasih merupakan nama samaran dari Sariamin Ismail yang ditemukan oleh ibu tokoh Sariamin ketika ia berhasil menyelesaikan novel karanganya pada taun 1932. Pada tahun 1933 novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka yang merupakan penerbit terbesan dizaman dahulu dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Setelah diterbitkan ternyata novel tersebut menjadi novel  favorit bagi pembaca.
 Awal mulai pembuatan novel ini dikarenakan beliau ingin mengangkat sebuah kisah percintaan dimana dalam perjalanan kisah tersebut terjadi paksaan nasib. Selain itu juga menceritakan tentang karakter tokoh Masrul dimana ia memiliki kelemahan dan keraguan dalam menentukan pilihan. Serta menceritakan pula kemalangan yang dialami oleh tokoh Rasmani.
Sinopsis Novel
Kalau Tak Untung
Rasmani dan Masrul adalah dua orang sahabat karib. Persahabatan yang dimulai sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain didiri Rasmani. Diam-diam dia mencintai pemuda yang begitu menyayanginya dan memanjakanya itu. Ketika Masrul harus pindah ke Painan untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati melepaskanya. Perasaan ini pun dirasakan oleh Masrul. Surat pertama yang diterima Rasmani dan Masrul, setelah beberapa hari mereka berpisah, membuatnya tak percaya. Guru yang mengajar di desanya ini menduga akan mendapatkan berita yang menggembirakan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Dalam suratnya, Masrul mengatakan bahwa dia harus menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua tahun setelah ia mendapatkan banyak pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu karena terpaksa. Ia harus menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya. Demi kebaikan Masrul, Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan perasaannya yang sakit. Diperantauan, Masrul bekerja sebagai juru tulis. Ia mendapat tawaran dari Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang bernama Muslina. Pada mulanya, Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya lebih tertarik pada Rasmani yang telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak kepada Aminah dan kaum kerabatnya apabila ia mengingkari janjinya. Akan tetapi, karena kepintaran Guru Kepala dan istrinya itu mendesak Masrul, akhirnya Masrul menerima tawaran itu. Keputusan Masrul untuk menikah dengan Muslina membuat kaum kerabatnya kecewa dan marah besar. Perasaan Rasmani sendiri begitu kacau. ” Bagaimana hati Rasmani ketika menerima surat Masrul yang mengatakan beristri itu, tak cukup rasanya perkataan dalam bahasa yang kan mewartakanya karena ketika itulah ia tahu benar dan insyaf bahasa ia cinta kepada Masrul.” Kehidupan rumah tangga Masrul dengan Muslina yang sudah membuahkan seorang anak, ternyata tidak berjalan serasi. Keduanya sering terjadi percecokan. Hal itu disebabkan tidak dihargainya Masrul sebagai seorang suami. Akibatnya, Masrul sering tidak pulang kerumahnya. Ia menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan yang semakin memburuk dan tidak dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan, membuat Masrul berpikir untuk menceraikan Muslina. Jawabanya pun tidak memuaskan hatinya sehingga keputusan cerai mutlak dilakukan. Sementara itu, Rasmani yang sudah berkeinginan untuk tidak menikah setelah pujaan hatinya menikah dengan orang lain, bertambah hancur hatinya. Ia tidak bisa melawan rasa cintanya pada Masrul walaupun berbagai usaha dilakukanya, termasuk mengizinkan Masrul menikah dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani. Hal ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang mengatakan bahwa selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia mencintai Rasmani. “Api yang telah hampir padam itu, mulailah kembali  memperlihatkan cahayanya, menyala makin lama, makin besar. Kenyataan yang tidak diduga oleh Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul di kediamanya  di Bukitinggi. Semua kejadian diceritakan oleh Masrul yang membuat Rasmani begitu sedih dengan penderitaan kekasihnya itu. Beberapa waktu kemudian, Masrul melamar Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan pernikahanya, ia meminta izin untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu karena sebelumnya ia telah mengundurkan diri dari pekerjaanya di Painan. Masrul ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan harapan akan lebih cepat bekerja dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya di Painan. Akan tetapi sampai beberapa bulan lamanya, Masrul belum juga mendapatkan pekerjaan dan berita keadaan dirinya tak pernah dikabarkan kepada Rasmani. Hal ini membuat Rasmani berkecil hati dan menganggap Masrul tidak setia. Rasa putus asa Rasmani bertambah-tambah setelah Masrul mengatakan bahwa Rasmani tidak usah menunggunya kalau ada orang lain mencintainya, dalam suratnya yang datang kemudian. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh sakit. Rupanya sakit Rasmani yang hmpir sembuh dengan kedatangan  Dalipah, kakaknya yang selalu mendampinginya dalam kesedihan, kambuh lagi karena dikabarkan bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan membatalkan keputusan yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang datang menyusul. “Surat yang membawa kabara baik itu rupanya lebih mengejutkan Rasmani dan lebih merusakan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang dahulu. Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang datang terlambat.
Unsur-unsur Intrinsik novel
v  Tema dari novel ini adalah pendidikan dan kesukaran hidup.
v  Berlatarkan didaerah Bukittinggi (Sumatra) , Painan, dan Medan.
v  Alur yang digunakan adalah alur maju yaitu alur yang apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Dikisahkan seorang gadis kecil bernama Rasmani tinggal bersama orang tua, kakak, dan adiknya di sebuah desa terpencil. Mereka hidup sangat berkekurangan dan dijauhi oleh penduduk sekitar. Ia memiliki seorang sahabat bernama Masrul. Rasmani sudah menganggap Masrul sebagai seorang kakak.Ketika mereka beranjak remaja, Masrul merantau ke Painan untuk mencari pekerjaan. Rasmani dan Masrul sama-sama merasa kehilangan, meskipun mereka tidak menyadarinya. Bahkan ketika Masrul ditunangkan dengan seorang gadis bernama Aminah, keduanya semakin sedih.
Di Painan, Masrul jatuh cinta pada seorang gadis bernama Muslina karena kecantikan dan kekayaan orang tua Muslina. Hingga akhirnya, ia menikah dengan Muslina dan memutuskan pertunangannya dengan Aminah, serta berusaha melupakan Rasmani meskipun ia tidak bisa. Mendengar berita pernikahan itu Rasmani semakin sedih, meskipun ia tak menunjjukkan perasaannya itu kepada Masrul.Beberapa tahun kemudian Masrul bercerai dengan Muslina karena banyaknya masalah keluarga. Masrul kembali ke desanya dan disambut hangat oleh Rasmani dan keluarganya. Masrul pun memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Rasmani. Rasmani yang sangat mencintai Masrul tidak menolak. Namun, Rasmani yang terus mengalami depresi berat karena kekasihnya itu, mulai melemah dan sakit-sakitan. Hingga akhirnya, ia meninggal. Sebelum meninggal, Rasmani berpesan kepada Masrul bahwa ia sangat mencintai Masrul.
v  Perwatakan tokoh dalam novel ini beragam seperti tokoh Masrul yang tidak mempunyai pendirian. Tokoh Rasmani setia dan sabar dalam menjalani hidupnya. Tokoh ayah Rasmani,seorang ayah yang bertanggung jawab. Tokoh mamak Rasmani, tidak mampu melaksanakan peran mamak sebagaimana yang terdapat dalam adat. Tokoh mamak Masrul, egois namun dengan keogiasanya itu berusaha memberikan yang terbaik untuk Masrul. Tokoh Engku Jaksa,prihatin pada masalah Masrul. Tokoh Engku Guru gedang, jadikan Masrul sebagai penghilang malu keluarga. Tokoh Engku Rahman, prihatin dengan masalah Masrul. Tokoh Engku Guru Rasad, seorang lelaki yang bertanggung jawab dan ada sifat kepemimpinan.
v  Amanat dari novel ini adalah bahwa cinta tidak dapat memisahkan 2 orang yang saling mencintai hingga ajal menjemput, kita harus bersikap baik pada semua orang, kita tidak boleh tertarik pada orang lain karena harta dan kecantikan saja, bertegaslah pada satu pendirian, bersabarlah dalam kita menghadapi masalah seberat apapun itu.
v  Sudut pandang yang digunakan pada novel ini adalah sudut pandang orang ketiga karena menggunakan kata Ia. Sedangkan kata ia merupakan bagian dari sudut pandang orang ketiga.
v  Gaya bahasa yang digunakan pada novel ini adalah bahasa melayu dimana bahasa tersebut banyak digunakan di daerah Sumatra. Sehingga satu dua kata bahasa kurang dipahami oleh pembaca.

6 Solusi Tepat Selamatkan Ponsel Yang Tercebur Air


Ada kalanya hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti ponsel yang seharusnya dalam keadaan kering dengan tidak sengaja kita menjatuhkannya ke dalam air. Untuk ponsel yang memiliki sertifikasi tahan air seperti Sony Experia Z atau Samsung Galaxy S5 memang itu bukan menjadi masalah serius namun apabila ponsel yang kamu punya tidak memiliki sertifikasi serupa? hal yang mungkin terjadi adalah ponsel yang kamu miliki akan mati total atau tetap berfungsi dengan komponen rusak dimana-dimana apabila tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
Apabila ponsel sudah terlanjur tercebur ke dalam air, hanya ada langkah terakhir supaya ponsel yang kamu miliki tidak rusak total setelah tercebur. Selamatkan ponsel kamu dengan langkah-langkah berikut ini:
  • SEGERA AMBIL PONSEL DARI DALAM AIR
    Segeralah ambil jika ponsel masuk ke dalam air, meskipun casing yang terpasang terlihat rapat, air bisa dengan mudah merembes ke dalam ponsel. Keluarkan ponsel dengan segera dan jangan menyalakannya secara langsung sebelum ponsel benar-benar kering
  • LEPASKAN SEMUA CASING DAN BATERAI
    Tujuan melepaskan casing yaitu agar bagian dalam ponsel yang terendam air bisa cepat kering dan baterai yang masih terpasang juga harus dilepaskan, listrik yang masih mengalir dapat menyebabkan terjadinya arus pendek
  • KELUARKAN KARTU SIM DAN SD CARD
    Memori adalah hal yang sangat vital karena semua data tersimpan didalamnya. Daripada timbul masalah lain yang tidak diinginkan lebih baik segera keluarkan kedua komponen tersebut
  • KERINGKAN PONSEL DENGAN KAIN YANG LEMBUT & MUDAH MENYERAP AIR
    Setelah melepas beberapa komponen penting, sekarang bersihkan sisa-sisa air yang masih terlihat dengan menggunakan kain yang mudah menyerap air sehingga ponsel akan cepat kering
  • GUNAKAN SILICA GEL
    Biasanya silica gel dapat ditemukan pada kotak sepatu yang membutuhkan udara yang kering, hal ini bisa diterapkan juga ketika ponsel kamu terendam air. Kamu bisa memasukkan ponsel ke dalam kotak bersamaan dengan silica gel agar ponsel bisa cepat kering
  • Gunakan Vacuum Cleaner
    Selain dapat menyedot debu, vacuum cleaner juga bisa membantu agar ponsel dapat kering dengan cepat. Meskipun Hair Drayer lebih efektif mengeringkan, namun panas yang ditimbulkan justru dapat merusak komponen. Jadi, ada baiknya kita menggunakan Vacuum Cleaner daripadaHair Dryer
Sebenarnya masih banyak langkah yang bisa kita lakukan agar ponsel bisa terselamatkan dari air, misalnya saja mengeringkan ponsel dengan menggunakan kipas angin. Apabila dirasa sudah benar-benar kering, sekarang saatnya untuk menyalakan dan memastikan ponsel masih dalam keadaan normal. Apabila masih tidak ada yang ditampilkan pada layar, kamu bisa meminta bantuan kepada tenaga professional untuk mengecek ponsel yang kamu miliki.

10 Negara Dengan Internet Tercepat di Dunia


 Baru-baru ini, Akamai Technologies, selaku Network Provider yang berdomisili di Amerika Serikat baru saja merilis nama Negara yang memiliki kecepatan Internet paling 'ngebut' se-Dunia.
Data ini merujuk pada hasil tahun 2013, Dimana Korea Selatan masih memuncaki perlombaan sebagai pemilik Internet tercepat untuk masyarakatnya. Lalu Indonesia keberapa?
Sayangnya, Indonesia masih belum masuk jajaran pemilik Internet tercepat di Dunia.Secara total, kecepatan rata-rata internet di dunia adalah 2,9 Mb per detik, mengalami peningkatan 5 persen dari kuartal sebelumnya, dan meningkat tinggi hingga 25 persen dari kuartal yang sama di tahun 2011.

Cara Terbaru Agar Koneksi Internet Tidak Sering DC


 Memiliki koneksi yang lancar adalah impian setiap orang, Apalagi buat kamu yang sangat suka berselancar di Internet, tentunya tidak ingin koneksi Internetnya terganggu atau terputus-putus ditengah pemakaian.
Nah, Jaka ada sedikit tips untuk kamu yang mengalami hal tersebut. Sebelum memulai hal ini, pertama-tama kamu harus menyadari apa nama Internet yang kamu gunakan, dan perhatikan juga paket yang aktif, serta jika kamu adalah pengguna Modem USB, pastikan bahwa jaringan di daerah kamu tidak buruk-buruk banget.
1. Melakukan PING, Ini Agar Koneksi Stabil dan Tidak Putus
  • PING adalah cara memanggil koneksi dari suatu alamat IP atau Website, ini berguna agar koneksi Internet kamu tetap hidup, sehingga stabilitas bisa tetap terjaga. Cara ini banyak dilakukan oleh warnet-warnet juga loh.Caranya Cukup Mudah
    Klik Start, Lalu ketikan "cmd", Kemudian di Command Prompt tersebut, ketikkan ping 8.8.8.8 -t

    Keterangan: 8.8.8.8 adalah DNS Host Google, IP tersebut bisa kamu ganti dengan alamat website seperti google.com, yahoo.com, sehingga menjadi ping google.com -t

2. Gunakan Custom DNS
  • Cara jitu berikutnya adalah menggunakan Custom DNS. Karena jika kamu tetap menggunakan DNS bawaan, ada kemungkinan terjadi kepadatan lalulintas, sehingga terjadi kemacetan internet.
    Cara pergantian ini cukup mudah, Kamu masuk ke Control Panel > Network and Sharing Center > (Klik Kanan - Properties) di Local Area Connection
    Ada beberapa pilihan DNS yang Jaka Rekomendasikan, yaitu:
    • Open DNS
      - 208.67.222.222
      - 208.67.220.220
    • Google DNS
      - 008.008.008.008 atau 8.8.8.8
      - 008.008.004.004 atau 8.8.4.4
    Kedua DNS diatas sudah terbukti dapat meningkatkan performa Internet kamu, walaupun hampir tidak terlihat.
Hal ini perlu dilakukan secara rutin ketika kamu merasa koneksi Internet mulai melambat atau sering DC (Disconnect).

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.